Ticker

6/recent/ticker-posts

Kereta Api, Keistimewaan dan Filosofinya

Sumber: Detik

Ad Rozz dot Com - Hari ini aku pulang kampung. Dua hari lebih cepat dari hari libur yang ditetapkan. Dan seperti biasa, aku memilih Kereta Api sebagai transportasi umum terfavorit. Selagi perjalanan jarak jauh yang akan kutempuh terdapat rute kereta api, aku tidak akan memilih yang lain. 

Termasuk perjalanan kali ini, Blitar - Lamongan. Kereta api yang aku tumpangi ialah Dhoho Penataran. Tapi turun di Stasiun Jombang ya, karena rute Blitar - Lamongan tidak ada. Kereta api pada rute ini memiliki dua nama: Dhoho (perjalanan Blitar - Surabaya lewat Kertosono) dan Penataran (perjalanan Blitar - Surabaya lewat Malang). Sesekali kereta api ini akan ganti kepala (lokomotif) di Stasiun Kertosono).

Menurutku, kereta api memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri, yang tidak ada pada transportasi umum lainnya. Dari keunikan dan keistimewaan itu, kereta api mengandung filosofi kehidupan yang mendalam. Aku akan menjelaskan semua, teruslah membaca sampai bawah.

Kereta Api sebagai Kendaraan Sosial
Aku selalu menikmati setiap perjalananku dengan kereta api. Di dalamnya, romansa sosial muncul. Antar penumpang bisa sangat akrab, padahal sebelumnya tidak saling kenal. Antar penumpang juga bisa berbagi makanan, menolong menaruh tas di kabin, dan tertawa riang entah apa yang dibicarakan.

Nuansa kebersamaan di Kereta

Pemandangan seperti itu jarang sekali aku temukan di transportasi lain, bahkan mungkin tidak pernah. Di pesawat, penumpang lebih memilih tidur atau sekedar melihat ke luar jendela ketimbang bertegur sapa dengan penumpang di sampingnya. Di bis, penumpang tidak sempat bergurau karena lebih sibuk mengeluhkan sopir yang ugal-ugalan, dan kalau ngetem (parkir menunggu penumpang) lama sekali.

Baca Juga [ Pemandangan Puncak Kenteng Songo Merbabu ]

Tapi di kereta api, kita akan menemukan pemandangan layaknya manusia. Sebagai makhluk sosial yang berbaur dan berbagi dengan lainnya. Hari ini aku berjumpa dengan sepasang kekasih yang saling menjaga dalam kenyamanan.

Memprioritaskan Penumpang yang Paling Membutuhkan
Cobalah perhatikan setiap pojok gerbong kereta bagian dalam. Di sana kita akan melihat sebuah papan yang bertuliskan "Kursi ini bisa ditukar". Tentu saja, maksudnya bukan ditukar menjadi kursi kantor yang empuk lagi nyaman. Tetapi kursi-kursi itu sewaktu-waktu bisa berganti siapa yang mendudukinya.

Papan sosial di Kereta

Meski kita punya hak duduk di nomor kursi yang tertera di tiket, jika ada penumpang lain yang membutuhkan maka kursi kita bisa diganti oleh penumpang yang membutuhkan tersebut. Mereka antara lain ibu yang sedang hamil atau menyusui, orang yang sudah tua (manula), dan orang yang sedang sakit (cidera).

Istiqomah dan Sesuai Jalan yang Dipilihkan
Kereta tidak pernah melaju dengan kecepatan yang berbeda dari petunjuk. Laju kereta api cenderung stabil pada kecepatan yang sama. Kecuali saat akan berhenti dan akan berangkat. Secepat apa lajunya, sudah ditentukan oleh operator. Kesesuaian kecepatan akan membuat ketepatan waktu tempuh.

Baru saja, aku merenungkan suatu hal, dari kereta. Kereta pernah keluar atau berbeda dari jalur yang ditentukan operator. Sekali kereta itu keluar jalur, sangat berbahaya. Kereta api akan berjalan sesuai jalur yang ditentukan. Tetap berada di jalur itu akan membuat kereta api tetap aman hingga stasiun berikutnya.

Berbuat baik adalah jalan yang dipilihkan Tuhan

Sebagaimana kereta, sebenarnya Allah telah memberikan manusia jalur atau jalan yang lurus. Jika kita menjalani hidup sesuai jalur yang dipilihkan (fitrah) Allah, sejatinya kita akan selamat. Namun, jika kita keluar dari jalur (aturan Allah) maka sejatinya kita sedang menuju kebinasaan.

Sungguh, kita harus belajar dari filosofi jalur kereta api. Kita sebagai manusia punya kehendak, pun dengan masinis kereta. Namun masinis kereta lebih memilih untuk taat aturan yang telah ditentukan.

Posting Komentar

2 Komentar